Minggu, 22 Maret 2020

Wanita Bisu



Tak pernah terbayangkan sebelumnya
Tawa yang dulu meratap kini berakhir dengan duka
Hari demi hari, bulan berganti bulan, hingga menjadi tahun
Berapa banyak dusta yang diucapkan
Berapa banyak luka yang ditorehkan
Kecilnya selalu bahagia
Rumahnya indah dan menjadi damba
Beranjak dewasa, perlahan Tuhan mengambil semuanya
Ia faham ini semua hanya titipan
Rumahnya hancur dan tak senyaman dulu
Tak ada lagi wanita kecil yang bahagia
Tak ada lagi wanita kecil yang pandai tertawa
Yang ada hanya wanita kecil membisu
Terdiam melihat rumahnya hancur
Terdiam melihat naungannya suram
Dihadapannya tak ada lagi cahaya
Sebagai penerang menuju masa depan
Hari-hari ia lalui dengan sendu
Kepercayaannya melebur bersama liku
Sedih, marah, sesal
Perlahan raganya rapuh
Perlahan mental dan fikirannya rusak
Ia pun berkata "lelah"
Lelah dengan segala derita
Lelah dengan sabar yang setahun ia tabur namun tangis yang semakin ia tuai
Wanita itu membisu dalam sebuah lingkaran
Ia bingung arah mana yang menjadi pilihan
Semua tampak sama
Berakhir dengan duka
Ia tidak tau kemana ia harus pulang
Tidak mudah memang mengharapkan tupai berenang
Keyakinan hanyalah sandiwara
Semua menjadi kelabu dan debu
Membangun rumah haruslah dengan pondasi kokoh
Kepercayaan, Kejujuran adalah penopangnya
Gadis kecil tak pernah mengharapkan rumah baru seperti rumah lamanya
Tapi masa suram sudah didepan matanya
Ia berada dalam lingkaran, merenung dan terdiam
Ia membisu tak bisa keluar
Hanya takdir Tuhan yang dapat memisahkan
Tidak ada yang tau letihnya hidup gadis kecil itu
Tidak ada yang tau duka yang selalu ia tutupi dibalik tawanya
Luka pahit yang ia telan dalam bisunya

Sabtu, 14 Desember 2019

Malam minggu



Rindunya tak semurni dulu
Dikala waktu menjadi milik berdua
Kini rindunya hanya menjadi sendu
Yang terucap sebagai kiasan candu
Bukan kita yang tak jemu
Tapi waktu semakin berlalu
Rindu rasanya menikmati malam berdua
Tertawa dengan hanya tatapan dimata
Tak nampak tapi terasa
Rindu rasanya menghabiskan malam sampai subuh tiba
Namun, kini rindu hanya sekedar rindu
Yang telah diam menjadi kelabu
Waktu semakin berjalan
Cepat dan terus bergulir
Sebentar lagi menjadi penutup tahun
Aku tak tahu apakah dua malam minggu terakhirku akan seperti ini
Mengharapkan tak jua didengar
Menanti tak jua dicari
Aku tak tahu apa yang akan terjadi di malam minggu tahun nanti
Apakah aku masih menikmati tawa yang sama
Atau aku berderai tak henti menanti rindunya kembali
Mudah sekali tersentuh
Itulah rinduku
Hingga terlalu sering air mata ini menetes
Rinduku sudah tak terbendung
Selaras dengan perasaan yang aku miliki
Semua sayang ku habiskan dengan sabar
Semua cinta ku serahkan dengan tegar
Semakin hari aku semakin takut
Takut dengan segala kemungkinan yang akan terjadi
Takut akan semua kejadian yang masih saja terulang
Dan aku takut jika rindunya bukan lagi untukku
Lantas, apa yang bisa menguatkan selain menangis
Maka, izinkanlah aku menikmati malam mingguku dengan menangis
Karena serapuh inilah rindu ku pada malamnya

Rabu, 27 November 2019

Titik


Sebuah goresan tak bermakna
Sebuah arti tak berkata
Makna tak berkata
 Tinggal menjadi lara
Hidup dirundung linu, menerka sebuah akhir bahagia
Penghujung yang tak indah
Akhir yang tak diharapakan
Rasa haru
Rasa duka
Melebur menjadi lara
Haluan yang dikuatkan
Impian yang tinggal menjadi cerita
Berakhir dengan rasa duka
Bukan semua yang tampak berbeda
Bukan semua yang tampak tak sama
Tapi lihat, Tuhan sudah mengubah jalan cerita
Jangan bertanya mengapa
Pada saatnya kamu akan faham
Hidup aku telah berbeda
Berbeda dari biasa
Berbeda dari yang kau kira
Saat ini aku hidup berlumur duka
Tidak ada kata
Bahkan cerita
Aku hanya ingin menjadi akhir
Menjadi sebuah titik
yang tidak menjadi pribahasa
yang tidak menjadi untaian kata
 yang mudah menyelesaikan tanpa bercerita
Aku hanya ingin menjadi titik
Titik berwujud tetesan
Titik berupa percikan
yang indah untuk dilihat
yang tenang untuk dirasa
Aku merasa menjadi titik
Titik dimana aku merasa hancur
Hancur sehancur-hancurnya
Titik yang memaksaku pergi
Meninggalkan segala canda dan tawa
Meninggalkan mereka yang sempat membuatku bahagia
Titik yang memaksaku menangis
karena sedih tak berujung
karena duka tak berakhir
Titik dimana aku ingin tenang
Tenang bersama-Nya
Berselimut mimpi indah
dengan kedamaian tanpa gelisah
Titik dimana aku ingin pergi
Menghilang tanpa sebuah nama
dan menghapus segala duka yang ada

Jumat, 23 Agustus 2019

Penonton


Bagaimana rasanya hidup
Jika raga sudah tak bernyawa
Jika jiwa sudah tak berdaya
Aku ingin melihat tanpa membaca
Aku ingin mendengar tanpa bertatap
Aku hanyalah seorang “penonton”
Hidup untuk melihat sandiwara
Hidup untuk melihat orang tertawa
Betapa pilunya menjadi seorang “penonton”
Yang ingin tapi tidak bisa
Yang mau tapi tak dapat
Hidup hanya didedikasikan untuk berkeluh
Hidup hanya diwujudkan untuk gelisah
Aku bertahan hanya menunggu
Menunggu panggilanNYA, untuk pulang
dan itu yang saat ini aku inginkan
Bagaimana rasanya berada di puncak sengsara
Bagaimana rasanya berada di puncak derita
Tak ada yang tau
Bahkan tak ada yang mau mendengar
Air mata adalah teman dari segala lelah
Bukan sabar tak ada
Bukan ta’bah tak ku niatkan
Apa yang harus digapai
Jika semua orang menyulitkanku untuk bahagia
Apa yang harus ku tahan
Jika tak ada celah untuk bercerita
Sedikit tawa menyisakan luka
Hidup seorang diri dengan berbagai tekanan
Hidup seorang diri dengan wajah muram
Sudah menjadi sebuah pilihan
Pilihan terbaik adalah tetap tersenyum
Jangan ada yang tau kisah pilumu
Jangan ada yang tau rasa sakitmu
Bahkan jangan ada yang tau kapan matimu
Berpura-puralah walau dalam hati menjerit
Meringis menahan rasa sakit yang tak kunjung reda
Membelah dada dengan rasa yang tak kunjung sirna
Titik dimana aku ingin mati
Menyudahi segala pelik di hidup
Menyudai segala  tangis berkepanjangan
Topangan yang ada hanyalah bius
Yang hanya meredakan bukan menghilangkan
Pijakan yang ada hanyalah lara
Yang tak tau akan bahagia atau berakhir menjadi duka

Sabtu, 23 Maret 2019

Angin Senja



Kita berasal dari senja yang berbeda
Bagaikan ombak laut aku sangat tidak lembut
Hati, ucapan, pikiranku sangat jauh dari kata baik
Aku takut tak mampu mengimbangi riuhan angin
Banyak haru yang mendampingi langkahmu
Satu hal yang aku tau
Angin itu kuat
Tak peduli siang atau malam
Kau hadir di setiap helaian napas dan kalbu
Ijinkan aku merasakan hembusan itu
Walaupun kita dari senja yang berbeda
Aku ingin kita memiliki satu tuju
Bagaimana cara aku menunjukan haru biru
Bagaiamana cara aku menggambarkankan bahagia
Sedangkan angin hanya ingin aku diam dan membisu
jika kita ingin satu tuju
belajarlah dari kalbu
belajarlah mengikhlaskan riuhan ombakmu
angin itu berbeda
berbeda dari hembusan lainnya
aku kagum dengan keyakinan angin
dan biarlah kekagumanku menjadi iringan disetiap langkahnya
tetaplah menjadi angin yang aku kenal
tetaplah menjadi angin yang sempat aku rasakan
yakininkah
aku berubah bukan untukmu
aku berubah untuk garisan hidupku
begitupun dengan angin
angin tidak dapat aku genggam bahkan tidak dapat aku miliki
biarkan angin menyejukan setiap hela napas
aku tidak boleh cemburu
belajarlah menerima keadaan
ombak dan angin akan bersatu
jika keduanya sama-sama mau
mau untuk memahami
mau untuk mengerti
dan mau untuk percaya
itulah yang ingin aku katakan
terbanglah bersama rimbunan daun
temani hujan di saat dia ingin turun
walau aku takut kehilangan hembusanmu
aku ingin membebaskanmu
hidup adalah sebuah pilihan
dan aku memilih bertahan
karena tidak mudah mendapatkan angin sepertimu

My Moon Phase

   Hi, hari ini tepat Tanggal 01 November 2022 26 tahun lalu banyak sekali harapan setelah kegagalan Harapan akan datangnya sinar akhirn...