Bagaimana rasanya hidup
Jika raga sudah tak bernyawa
Jika jiwa sudah tak berdaya
Aku ingin melihat tanpa membaca
Aku ingin mendengar tanpa
bertatap
Aku hanyalah seorang “penonton”
Hidup untuk melihat sandiwara
Hidup untuk melihat orang tertawa
Betapa pilunya menjadi seorang “penonton”
Yang ingin tapi tidak bisa
Yang mau tapi tak dapat
Hidup hanya didedikasikan untuk
berkeluh
Hidup hanya diwujudkan untuk
gelisah
Aku bertahan hanya menunggu
Menunggu panggilanNYA, untuk
pulang
dan itu yang saat ini aku
inginkan
Bagaimana rasanya berada di
puncak sengsara
Bagaimana rasanya berada di
puncak derita
Tak ada yang tau
Bahkan tak ada yang mau mendengar
Air mata adalah teman dari segala
lelah
Bukan sabar tak ada
Bukan ta’bah tak ku niatkan
Apa yang harus digapai
Jika semua orang menyulitkanku
untuk bahagia
Apa yang harus ku tahan
Jika tak ada celah untuk
bercerita
Sedikit tawa menyisakan luka
Hidup seorang diri dengan
berbagai tekanan
Hidup seorang diri dengan wajah
muram
Sudah menjadi sebuah pilihan
Pilihan terbaik adalah tetap
tersenyum
Jangan ada yang tau kisah pilumu
Jangan ada yang tau rasa sakitmu
Bahkan jangan ada yang tau kapan matimu
Berpura-puralah walau dalam hati
menjerit
Meringis menahan rasa sakit yang
tak kunjung reda
Membelah dada dengan rasa yang tak
kunjung sirna
Titik dimana aku ingin mati
Menyudahi segala pelik di hidup
Menyudai segala tangis berkepanjangan
Topangan yang ada hanyalah bius
Yang hanya meredakan bukan
menghilangkan
Pijakan yang ada hanyalah lara
Yang tak tau akan bahagia atau berakhir menjadi duka