Tak
pernah terbayangkan sebelumnya
Tawa
yang dulu meratap kini berakhir dengan duka
Hari
demi hari, bulan berganti bulan, hingga menjadi tahun
Berapa
banyak dusta yang diucapkan
Berapa
banyak luka yang ditorehkan
Kecilnya
selalu bahagia
Rumahnya
indah dan menjadi damba
Beranjak
dewasa, perlahan Tuhan mengambil semuanya
Ia
faham ini semua hanya titipan
Rumahnya
hancur dan tak senyaman dulu
Tak
ada lagi wanita kecil yang bahagia
Tak
ada lagi wanita kecil yang pandai tertawa
Yang
ada hanya wanita kecil membisu
Terdiam
melihat rumahnya hancur
Terdiam
melihat naungannya suram
Dihadapannya
tak ada lagi cahaya
Sebagai
penerang menuju masa depan
Hari-hari
ia lalui dengan sendu
Kepercayaannya
melebur bersama liku
Sedih,
marah, sesal
Perlahan
raganya rapuh
Perlahan
mental dan fikirannya rusak
Ia
pun berkata "lelah"
Lelah
dengan segala derita
Lelah
dengan sabar yang setahun ia tabur namun tangis yang semakin ia tuai
Wanita
itu membisu dalam sebuah lingkaran
Ia
bingung arah mana yang menjadi pilihan
Semua
tampak sama
Berakhir
dengan duka
Ia
tidak tau kemana ia harus pulang
Tidak
mudah memang mengharapkan tupai berenang
Keyakinan
hanyalah sandiwara
Semua
menjadi kelabu dan debu
Membangun
rumah haruslah dengan pondasi kokoh
Kepercayaan,
Kejujuran adalah penopangnya
Gadis
kecil tak pernah mengharapkan rumah baru seperti rumah lamanya
Tapi
masa suram sudah didepan matanya
Ia
berada dalam lingkaran, merenung dan terdiam
Ia
membisu tak bisa keluar
Hanya
takdir Tuhan yang dapat memisahkan
Tidak
ada yang tau letihnya hidup gadis kecil itu
Tidak
ada yang tau duka yang selalu ia tutupi dibalik tawanya
Luka
pahit yang ia telan dalam bisunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar