Sering ku dengar...
Surga di telapak kaki ibu
Bukan berarti aku tak
menghargaimu
Bukan berarti aku tak
menghormatimu
Ayah terlalu hina diri ini untuk
menyadarinya
Sadar akan semua khilafku
Sadar akan semua kesalahanku
Terlambat sudah semua telah
terjadi
Aku telah banyak menoreh luka
Tapi mengapa tak sedikitpun
terpintas dalam benakmu
untuk meberikan amarah padaku
Ayah...
Keringat yang membasahi kulitmu
Panas yang menemani hari-harimu
Hujan yang mengiringi dinginmu
Untuk hidupku
Kau pahlawanku, tanpamu apa
dayaku
Tanpa mu aku bukan apa-apa
Aku bukan siapa-siapa
Ayah...
Kau bukanlah keturunan bangsawan
Kau pula bukan seorang yang bergelar
Apalagi berpangkat
Kau hanyalah seorang lelaki yang
penuh rasa tanggung jawab
Tak peduli pendidikan rendah yang
terpasang pada kartu keluarga kita
Kau tetap memperjuangankan ku
Kau tetap mempertahankan nyawaku
Ayah...
Sudah berapa tahun kita mengadu
nasib di tanah ini
Sudah berapa banyak keringat dan
panas yang kau korbankan untuk mendapatkan selembar uang?
Aku bangga padamu
Ayah...
Sudah waktunya kau menhentikan
lelahmu
Sudah waktunya kau merasakan hari
tua mu
Wajahmu mulai mengeriput
Kulitmu semakin menghitam
Wajahmu mulai kusam
Rambutmu mulai memutih
Badan gagah mu mulai meronta
Kini ku hanya bisa merasakan
sesal
Dikala melihat dirimu terbaring
lemah
Penglihatanmu mulai hilang
Dan kau tak berdaya
Tuhan berkahi hidupnya dan masa
tuanya
Dengan sejuta nikmat yang kau
miliki
Ampuni aku Tuhan telah banyak
melukai hatinya.
Tak ada yang bisa menggantikanmu
Sosok lelaki yang tak pernah
membuat hati anak perempuanya terluka
Kau darahku kau detak jantungku
dan kau nadi terindahku
Tanpa mu aku bukan apa-apa
Tanpa mu aku bukan siapa-siapa
Doakan anakmu ini yang sedang
berjuang
Kelak anakmu yang akan mengangkat
derajatmu
Kelak anakmu yang akan menghapus
air matamu
Terimakasih pahlawanku
Jasa-jasamu tak kan pernah aku
hilangkan di dalam asa ini
Aku mendoakanmu disetiap sujudku
Aku menyangimu nadi terindahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar