Keluarga adalah labuhan terakhir
Tempat untuk mengadu, juga pulang
Tempat berteduh dan mengampu ilmu
Umumnya hidup akan terasa nikmat bersama keluarga
Saat tak ada orang yang mendengarkanmu
Saat tak ada orang yang kamu percaya lagi
Saat tak ada tempat untukmu bersandar
Pulanglah.
Bagaikan embun kala mentari menyapa
Pertemanan hanya hadir saat tertawa
Mereka bias melihat kesedihanmu
Mereka sirna saat kamu tertatih pilu
Sendiri adalah cara terbaik untuk merasakanya.
Saat lingkaran memutarkan garisnya
Saat itu pula kehidupanmu berubah
Semua yang biasa kini tidak ada
Yang tersisa hanyalah derita
Teriakan, emosi, memanasakan hati
Depresi seketika mendengarnya
Rasanya ingin gila jika tidak ada iman dalam dada
Sifat, watak tergambar nyata
Dan hanya diam, pilu mendengarnya
Mulut terkaku tak mampu berucap
Telinga terasa membeku mendengar semua.
Setiap hari meminta yang sama
Tuhan, Jika iman sudah cukup
Ingin rasanya pulang
Ingin merasakan ketenangan, tanpa beban pikiran
Namun, amal belum cukup menghapus dosa.
Tuhan, diri sudah tak ingin melangkah
Berat menjalani beban dengan timpaan derita
Tak ada tempat berlabuh bahkan untuk menepi sekalipun
Putus asa adalah satu-satunya rasa yang setia menemani
Hati membiru tanpa rona bahagia
Terasa enggan sedetikpun untuk tersenyum
Semua terlihat palsu tak ada kesucian dalam diri.
Inilah masa dimana motivasi sangat dibutuhkan
Selangkah lagi menuju puncak
Sekejap lagi menggapai cita
Tapi terhalang oleh lara
Semuanya memberikan tekanan dan beban
Semakin enggan melangkah
Semakin takut berjuang
Ingin rasanya menjatuhkan diri saja.
Harta yang paling berharga, kalian punya
Kasih sayang, kalian dapatkan
Kehangatan, dukungan, kalian raih.
Merasakan berada di jurang derita
Mau tidak mau
Ingin tidak ingin
Harus dilewati
Meskipun banyak arus menerpa
Diri yang menguatkan.
Hanya butuh pijakan untuk melangkah
Sedikit sayang dari Tuhan
Cukup membuat diri ini kuat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar